Lurys.com

Laman

Rabu, 22 Juni 2016

Tak Seperti Sore Biasanya


Tugas ini dibuat semata-mata untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Jurnalistik yang diampuh oleh Dosen Ari Ambarwati, M.Pd

Sore itu seperti sore biasa, Mia pulang terlambat dari sekolahnya. Kegiatan ekstra kulikuler SMA banyak menyita waktunya akhir-akhir ini. Dia membuka pintu dengan lemas dan segera menuju dapur. Berharap segelas air putih, bisa meyejukkan tenggorokannya yang kering. Belum dia menyentuh ketel air yang berwarna biru itu, langkahnya terhenti. Dia melihat ibunya tertidur diatas sofa, di pojok ruang makan itu.tangan ibunya masih memegang celemek yang dia pakai jika memasak. Wajah ibunya yang dimakan usia tersirat hidupnya yang getir.
Setiap hari tanpa henti mengupas bumbu dapur lalu menjualnya kerumah makan. Harga yang didapat tidak pernah sebanding dengan keringat dan luka yang membekas dijarinya. Mata mia berkaca-kaca, dia mendekati ibunya lalu mencium keningnya. "ibu, aku pulang." sapa mia dengan lembut, lalu dia bermanja, memijat kaki ibunya perlahan. "ibu ketiduran ya?" beliau tersipu, lalu mengelus rambut anak perempuannya itu. "pindah kekamar bu, biar aku yang melanjutkan pekerjaan ibu" kata mia. "jangan, kau buat saja PR-mu. Ibu sudah tidak lelah lagi." Ibunya lalu berdiri. "ibu, aku saja." Mia merengek. Ibunya menggelengkan kepala. Jika dia diam artinya dia serius. Mia yang sedikit kecewa. Duduk di meja makan dan mengeluarkan bukunya. Ibunya tersenyum melihat anak perempuannya mulai belajar. Karena bagi dirinya ilmu adalah misteri. Dia tidak bisa membaca dan menulis. Karena itu dia mempunyai hasrat yang kuat, agar anaknya tidak bernasib seperti dirinya. Mia terkejut, teh hangat dan manis kini ada didepannya. Ibunya yang diam-diam membelakanginya ternyata membuatnya teh kesukaannya.
Sore itu masih seperti biasa sampai seorang lelaki mabuk datang dan berteriak-teriak.
"istriku, mana istriku yang ke tiga ini bersembunyi" lelaki itu berjalan oleng dan menjatuhkan beberapa keramik. "itu ayahmu, mia, kau masuklah kekamarmu. sembunyi" ibunya panik. Mia pun bereaksi refleks. Karena hal ini sudah dilakukannya sejak masih kecil. Mia duduk dipojok kamarnya, memeluk bantal, memejamkan mata tapi telinganya mencuri dengar.
"mana uang itu?,’’ kata ayah mia memaki ibunya. "ampun pak, uang itu untuk Mia sekolah. jangan pak" ibu Mia memelas. "diam, anak itu tidak perlu sekolah. Kau kawin kan saja dia." lalu terdengar suara tamparan yang keras. "jangan pak. Pukul saja aku sepuasmu, tapi jangan renggut masa depan Mia." ibunya memelas lagi. PRAAKKKKKK, suara pecahan kaca terhempas. Mia semakin mengerut. Lalu terdengar suara orang yang berlari. Tapi suara ibunya tak terdengar sama sekali.

Mia keluar kamar dengan tubuh gemetar, dia perlahan mendekati kamar ibunya. Gemetar tubuh Mia terhenti. Dia terhempas kelantai melihat tubuh ibunya. Darah mengalir dikepala ibunya.  Tubuhnya mulai basah karena darah. Tangan ibunya masih menggenggam beberapa helai uang ribuan. Uang yang akan menjanjikan masa depan Mia. Dia tertegun, orang yang paling dicintai dan disayangnya kini terbaring tak bernyawa. Seperti orang kehilangan jiwa Mia berjalan pelan menuju dapur. Diambilnya pisau yang masih tergeletak dilantai. Lalu dia berjalan pelan keluar rumahnya seperti tidak ada apa-apa. Didalam kepalanya saat ini. Hanya ada satu hal. Mengeluarkan hati ayahnya yang menurutnya tak pernah dipakai.

SESALKU

Tugas ini dibuat semata-mata untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Jurnalistik yang diampu oleh Dosen Ari Ambarwati, M.Pd

Malam ini adalah malam tersulit yang Mika lalui, dimana dia harus memilih diantara kedua orang tuanya.‘’Mika sekarang kamu harus memilih ikut mama atau ikut papa?’’ Tanya mama dengan membentak.Mika tak dapat membuka mulutnya,ia hanya bisa terdiam membisu dengan deraiaan air mata. Ini adalah pilihan tersulit untuknya, ia tak mau kedua orang tuanya berpisah,yang dia inginkan ikut dengan mama papanya dalam satu keluarga yang utuh tanpa ada perpisahan seperti ini.‘’Mika mau ikut mama dan papa!!!!’’kata Mika dengan gemetar.Amarah mamanya semakin melunjak,papanya hanya terdiam.‘’ jika Mika tidak bisa memilih,maka mama anggap, Mika ikut papa!!!!’’kata mama kemudian.Mika terkejut, tak pernah terbayang dibenaknya bahwa mamanya akan berbicara seperti itu. Mama Mika segera menyeret koper-kopernya lalu pergi meninggalkan Mika yang menangis tersedu-sedu didekapan papanya.‘’jangan pergi ma…..!!!’’Hanya kata itu yang keluar dari bibir Mika. Papanya menahan Mika untuk mengejar mamanya. Mika hanya bisa memandangi mamanya yang mulai menjauh ditengah derasnya hujan hingga hilang diujung jalan.Dengan keras Mika melepas dekapan papanya.‘’ini semua gara-gara papa, seandainya saja papa tidak bisu mungkin mama gak akan ninggalin kita…..!!!’’ ujar Mika penuh dengan kemarahan kepada papanya,hingga tak sadar apa yang telah dia ucapkan sangat menyakitkan hati papanya.tetapi papa Mika tak dapat berbuat apa-apa, ingin marah tetapi apalah dikata semua itu tak mungkin dapat ia lakukan.
Sejak kejadian itu Mika berubah, dulu yang periang kini berubah menjadi pendiam.Hari- harinya tak pernah lepas dari amarah dan itu ia lampiaskan kepada papanya. tetapi papanya selalu menanggapi semua itu dengan senyuman dan hati yang sabar. Suara musik dance, lampu-lampu yang membuat pusing,bau minuman yang memabukkan, tempat yang penuh dengan kemaksiatan.kini telah menjadi sahabat Mika, sepulang sekolah Mika tidak digunakan untuk pulang melainkan pergi bersama teman-temanya.
Suatu malam papa Mika masih menunggu Mika meski jam menunjukkan pukul
00:00 WIB. Itu bukan waktu yang sepantasnya bagi seorang anak perempuan keluar rumah.
‘’Dari mana kamu Mika….????’’ Tanya papanya dengan bahasa isyarat.‘’jujur aku tidak suka diatur-atur, apalagi yang ngatur aku itu bisu!!!’’.kata Mika dengan mendorong tubuh papanya. Papanya hanya tersenyum, karna ia takut  akan kehilangan Mika.Malam berikutnya, papa Mika masih dengan setia menunggu Mika pulang meski terkadang kantuk tak dapat ia lawan. Sesaat kemudian Mika datang dengan diantar seorang cowok, yang jika dilihat dari penampilannya termasuk dari kalangan orang terpandang.‘’ jangan terlalu dekat dengan cowok dan kalau pulang jangan terlalu malam, nantihamil….!!’’kata papa Mika menjelaskan meski masih dengan bahasa isyarat. Namun Mika dapat memahaminya.‘’biarin hamil, biarin aku rusak, aku hancur kalau perlu mati sekalian.’’ujar Mika dengan membentak papanya.  Air mata berlinang dipelupuk mata papanya.Mika meninggalkan papanya dengan segera masuk ke kamarnya.‘’ya allah aku sangat ikhlas jika kau takdirkan aku bisu, hina dan bodoh,  tetapi aku mohon lindungi anakku, maafkan segala kekhilafannya…!!’’ doa papa Mika dalam hatinya.Seutas senyuman masih papa Mika kiaskan, meski begitu perih karna dicaci anaknya sendiri.
Malam-malam berikutnya masih sama dengan malam kemarin.Malam ini papa Mika menyiapkan makan malam yang spesial untuk Mika. Dengan sabarnya papa Mika menunggu hingga tiga jampun berlalu. Kemudian Mika datang dan langsung menyelonong masuk kamarnya, tanpa mempedulikan papanya yang telah menunggunya dari tadi hiangga perutnya terasa sangat lapar. Papa Mika mencoba untuk mengetuk pintu, namun tak ada jawaban,dan akhirnya dia putuskan untuk masuk saja karna pintunya yang tidak dikunci. Setelah membuka pintu betapa terkejutnya, dia mendapati anaknya telah berlumur darah pada pergelangan tangannya.Tanpa berpikir panjang lagi Mika dibawa kerumah sakit. Suster membawanya keruang ICU. ‘’saya mohon dokter..!! selamatkan anak saya dan berikan yang terbaik untuk anak saya…!!!’’kata papa Mika dengan isyarat.‘’baiklah pak akan kami usahakan……’’jawab dokter. 15 menit papa mika menunggu, dokterpun keluar dari ruang ICU, dan papa Mika langsung menanyakan keadaan anaknya.‘’bagai mana keadaan anak saya dok?????’’ kata ayah Mika denga isyarat.‘’Mika membutuhkan transfusi darah, karna luka gores pada pergelangan tangan  Mika  mengeluarkan banyak darah’’ ujar dokter menjelaskan kepada papa Mika.
Tanpa pikir panjang papa Mika menyuruh dokter untuk mengambil darahnya untuk didonorkan kepada Mika. Namun dokter tidak semudah itu menerima darah papa Mika. Maka dokter pun memeriksa kondisi papa Mika terlebih dahulu. Dan dokter mengatakan, memang darah papa Mika sama denga golongan darah Mika, namun tubuh papa Mika tidak memungkinkan untuk melakukan transfusi darah, karena itu bisa berbahaya bagi papa Mika sendiri. Akan tetapi papa Mika bersikukuh untuk mendonorkan darahnya untuk Mika. Meskipun nyawa taruhannya.
Tapi dokter tetap tidak memperbolehkannya, ‘’lebih baik aku yang mati dari pada aku harus kehilangan putriku …!!’’ ujar papa Mika dengan isyarat.Akhirnya dokter tidak bisa berbuat apa-apa, kemudian diambillah darah papa Mika dan ditransfusikan ketubuh Mika.
Beberapa hari kemudian Mika membuka matanya, dilihatnya sekeliling ruangan, namun ia tak menemukan papanya. yang ada hanyalah mamanya. ‘’ma…. Papa mana..???’’ kata Mika terbata- bata.Mamanya hanya bisa menangis, dan meminta maaf kepada Mika. Kini mereka menyesal atas apa yang telah mereka lakukan kepada seseoarang yang telah banyak memberikan kebahagiaan terhadap kehidupan mereka. Dan kini orang tersebut telah kembali kesisi tuhan-nya. 


SAHABAT SEJATI

Tugas ini dibuat semata-mata untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Jurnalistik yang diampu oleh Dosen Ari Ambarwati, M.Pd

Mentari bersinar cerah, angin siang berhembus pelan seakan mendukung kecerahan suasana siang itu, dua sahabat terlihat bersantai di ruang depan. Fika membiarkan angin sore menerpa wajah ayunya. Sesekali ia melihat ke arah Roni yang duduk di sampingnya. Pandangannya lurus ke depan seakan memberi tahu kalau ia sedang menunggu seseorang. Fika sudah biasa dengan suasana seperti itu. Duduk santai berjam-jam dengan Roni, berselimut keheningan. ”kamu masih mikirin Rasti, Ron?” Fika mencoba menebak. Cowok itu sebentar memalingkan wajahnya ke arah Fika lalu kembali memandang lurus ke depan, ia berfikir tanpa di jawabpun Fika sudah tau jawabannya, ”aku ngerti kok Ron, tapi kamu jangan mikir Rasti terus, kamu pikirkan juga penyakitmu, kamu harus banyak istirahat” Fika mengingkan Roni ”aku tau Fika, aku sudah berusaha kok untuk melupakan Rasti”. Roni tersenyum tipis, ia tatap wajah Fika sahabatnya  sejak kecil itu. Mungkin kalau tanpa Fika yang selalu menemaninya, ia tak akan merasakan kebahagiaan hidup. ”Ron, udah sore aku pulang ya?”. Fika bangkit dari duduknya. ”dan ingat jangan mikirin Rasti terus nanti kesambet lho...”. Kata Fika yang diiringi tawa Roni. Setelah tubuh Fika hilang di balik pagar, Roni tersenyum sendiri mengingat kata – kata Fika tadi. Rasti… ya Rasti ! cewek cantik yang pernah mengisi hatinya dengan cinta, namun kini cewek itu telah pergi entah kemana, pergi tanpa sebab dan hanya meninggalkan kenangan di hati Roni.
            Dua hari berlalu tanpa terasa. Fika yang kini aktif kuliah pagi itu terlihat sibuk di kampus. Tiba – tiba HP nya berdering, ”halo... tante... Rumah sakit? baik tante” dengan cepat Fika membereskan buku – bukunya dan bergegas kerumah sakit menuju tempat dimana sahabatnya terbaring lemas. ”Ron, Roni.....bangun” panggil Fika namun badan itu terbujur lemas tanpa gerak. Fika memalingkan wajahnya kearah  wanita yang sehari tadi tak henti menghapus air matanya, ”apa kata Dokter tante?”tanya Fika. ”katanya tante harus segera menemuka donor ginjal” wanita itu kembali terisak, ”tapi kemana Fik?” wanita itu tetap terisak. Fika diam, ”kita pasti akan menemukan jalan keluar” fikir Fika. Gadis itu menarik nafas panjang kembali ia pandangi wajah Roni sahabatnya. Ingin Fika menangis dan berteriak, tapi ia tak akan melakukannya. Fika tak ingin menjadi cewek cengeng. Ia teringat kata – kata Roni waktu itu. ”Hidup ini perjuangan, hidup ini berani menghadapi tantangan”.
            Roni masih tetap terbaring lemas, sudah tiga hari tak ada tanda–tanda kemajuan kesehatan dalam tubuh cowok itu. Siang itu suasana sepi hanya mama Roni yang terlihat penuh kasih sayang menemani putranya. Tiba – tiba pintu terbuka, seorang suster muda masuk ” ibu keluarga pasien?” tanya suster itu ramah, ”iya saya mamanya sus” . ”Maaf, sekarang ibu di minta untuk ke ruang dokter, mari silahkan...” suster itu tersenyum. Mama Roni bangkit melangkah menuju ruang dokter. ”Ibu Imelda...” kata dokter itu setelah ia duduk berhadapan dengan mama Roni. ”Setelah sekian hari ternyata ada orang yang mau mendonorkan ginjalnya untuk putra ibu”. ”yang benar dok, tapi mana mungkin?.” kata mama Roni tak percaya ”awalnya saya juga ragu, tapi orang itu bersungguh – sungguah ingin mendonorkan ginjalnya untuk putra ibu dan saya sendiri tidak bisa apa-apa”.  Dokter menjelaskan pada mama Ronidan mama Roni bernafas lega, ingin rasanya Imelda bertemu dengan malaikat itu. ”apapun akan aku berikan kepada orang itu, kalau perlu aku akan bersujud di kakinya.” batin mama Roni.

Malam berlalu, esokpun muncul, butiran – butiran kristal bahagia menghiasi hati Imelda. Putra kesayangannya hari ini akan operasi. Sejak pagi Imelda di rumah sakit. Tapi ia tidak melihat malaikat yang akan mendonorkan ginjal pada putranya itu. Tubuh Roni telah dibawa ke ruang operasi. Mama Roni memaksa Dokter ingin bertemu orang itu, orang yang akan menyelamatkan nyawa anaknya. Langkah Imelda terhenti saat seorang gadis berdiri membelakangi pandangannya. Imelda berdiri mematung ” Fika...” suaranya hampir tak terdengar, namun perlahan gadis yang dipanggilnya menoleh. ”tante harap orang yang di maksud dokter bukan kamu Fika ”. Katanya tak percaya. Ia tatap wajah Fika yang selama ini telah dianggap sebagai anaknya. ” Fika kuat kok tante, Fika hanya ingin menolong Roni”. ”Kamu jangan gila Fik, kamu....” ”Tante jangan kawatir, Fika kuat kok hidup dengan satu ginjal”, dengan cepat Fika memotong perkaataan Imelda. Ia melepas pelukan Imelda dan melangkah menuju dokter yang menunggunya  ” hanya satu permintaan Fika tante, tante janji akan merahasiakan ini semua”. Kata Fika sebelum ia benar – benar pergi dari hadapan Imelda yang masih terisak.
            Operasi berjalan lancar, cowok cakep itu masih tetap di rumah sakit untuk memulihkan kondisinya. Seperti biasa saat jam kuliah berakhir Fika menuju Rumah sakit menemu sahabatnya. Pandangannya tertuju pada seorang gadis yang duduk di samping Roni. Sepertinya gadis itu terisak dengan posisi yang masih berdiri di pintu. Samar – samar namun jelas Fika mendengar apa yang gadis itu bicarakan. ”Ron, kamu maukan maafin aku. Aku sayang banget sama kamu. Karna itu aku pergi, sebab aku nggak mau di jodohin sama Aldo, cowok pilihan orang tua aku. Waktu itu aku bingung gimana caranya menghubungin kamu”. Rasti memeluk erat tangan Roni. ” Sekarang Aldo udah nikah makanya aku berani pulang ke rumah dan nemui kamu untuk ngejelasin semuanya. Karna aku sayang kamu Ron....!!!” gadis itu menjelaskan panjang lebar. ” Udah Ras, aku udah maafin kamu ko’, aku juga sayang sama kamu”. ”makasih ya Ron...” katanya saraya tersenyum karna ia merasakan cinta Roni masih milikya.
            Hari ini Roni sudah diperbolehkan pulang. Rasti berada di sampingnya sejak pagi tadi, tapi sepertinya cowok itu masih menunggu seseorang “ Fika mana ya ma? “ “ Oya, mama lupa, tadi Fika telpon hari ini ia banyak tugas di kampus, dia minta maaf tidak bisa menemani kamu pulang.” Mama Roni menjelaskan saraya menatap putranya yang seperti masih tak percaya.
            Pagi harinya cowok itu mondar mandir di ruang tengah, Imelda hanya bisa melihatnya dari jauh. “Fika kanapa sih di telpon nggak aktif, di samperin kerumahnya ada di kampus, di samperin ke kampus keluar ada acara sama temannya”, Roni menggerutu sendiri dalam hatinya. “ Ma, hari ini fika telpon mama nggak ? “, “nggak sayang, kenapa? kangen?”, ”ah mama, gak biasanya ma, udah dua hari, tumben Fika nggak ngasik kabar “. Roni menghempaskan tubuhnya di sofa. Imelda pun melangkah meninggalkan Roni sendiri.
            Waktu terus berputar, pagi itu saat Roni keluar dari kamar, dia heran melihat mamanya tergesa – gesa menuruni tangga. “ Ma.....Mama mau kemana?”. Teriak Roni, namun wanita itu tidak menghiraukan roni yang sedang mengejar langkahnya. Imelda terus melangkah ke luar, masuk ke mobil. Dengan cepat dan tanpa di komando Roni ikut masuk ke mobil seperti tak ingin ketinggalan, cowok itu duduk di samping mamanya. Roni terus bertanya. ” Jalan man, ” kata Imelda pada sopir. ” Ma, please.......... jawab dong. ” pinta Roni. Melihat kepanikan di wajah mamanya Roni pun diam, percuma  wanita itu tidak menghiraukannya. Imelda turun dari mobil ”kenapa ke Rumah sakit? siapa yang sakit ma ?” teriak Roni. ”Udah nanti mama jelasin”. Wanita itu mempercapat langkahnya. ”Jangan–jangan, Fika?” Roni menyusul langkah mamanya yang semakin cepat. Imelda berhenti di depan pintu sebuah kamar. ”Ma, Fika kenapa?” roni memegang bahu mamanya. “ Fika kritis Ron...” wanita itu terisak, “apa? jadi...” tiba – tiba seorang dokter keluar membuka pintu. Dokter itu menarik nafas panjang dan menggeleng pelan, dengan cepat roni menghambur masuk. Langkah Roni tetahan, atap rumah sakit terasa runtuh menimpanya. Saat dua suster mencabuti alat – alat pengobatan yang selama ini menancap di tubuh sahabatnya. MamaFika menangis di pelukan suaminya. “ Fik, Fika......”  Roni mengguncang tubuh sahabatnya . “ Fika kenapa tante?”. “Fika udah pergi Ron, dia meninggalkan kita, hiks...hiks...”, “nggak mungkin, Fika.........!!!! “. Butiran bening kini mengalir dari pipi Roni. “kenapa mama bohong sama Roni,Mama tau semuanya tapi mama nggak bilang sama Roni, Fika sahabat Roni ma, sekarang apa yang bisa roni lakukan?”, “ maafin mama Ron mama melakukan semua ini karna Fika yang memintanya”. Imelda terus menangis. Ruangan itu diselimuti duka. Malaikat itu sudah pergi bukan tuk sementara tapi selamanya.
            Langit mendung menyelimuti kota, angin siang berhembus hangat seakan merasakan duka yang mendalam. Satu persatu orang meninggalkan pemakaman. Rasti yang ikut kepemakaman tak henti menghibur Roni, suasana hening “ Ron... “ terdengar suara mama Fika serak, ia menyarahkan sepotong kertas pada cowok itu. ”Buat kamu, Fika menulisnya saat ia masih sakit” katanya saraya menangis. Lalu bangkit membiarkan Roni dalam terpaku menatap kertas di tangannya. Mama Fika melangkah pergi dipapah suaminya di ikuti Rasti. Seakan cewek itu mengerti dan meninggalkan Roni yang lagi butuh sendiri. Perlahan lipatan kertas itu di bukanya;

      Aku pikir aku kuat, ternyata nggak, aku ingin seperti kamu yang tidak cengeng, tapi sekarang aku sakit dan aku ngga’ mau kamu lihat aku dalam keadaan cengeng, juga aku tidak mau kamu sedih karna aku sakit.
      Ron........ Cinta kasih itu muncul entah kapan dan terus berjalan, aku bahagia hidup denganmu walau hanya bagai sahabat, namun aku lebih bahagia bisa hidup di tubuhmu. Hidup sebagai sahabat jiwamu dalam jiwamu dengan cinta dan kerinduan yang kurasa telah aku miliki.

FIKA

Tak terasa kertas itu basah, Roni meraba tubuhnya, terima kasih Fika. Kamu harus tau, bagiku kamu tidak mati dan tidak akan pernah mati, jujur cinta ini telah jadi milikmu sejak Rasti pergi dulu. Rasti adalah cintaku, sedang engkau adalah isi jiwaku, yang akan tetap hidup selamanya.



FILOSOFI JENANG MERAH DAN JENANG PUTIH

Tugas ini dibuat semata-mata untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Jurnalistik yang diampu oleh Dosen Ari Ambarwati, M.Pd


Jenang Putih adalah bubur yang berwarna putih. Bubur putih merupakan ubo rampe yang terbuat dari beras dan diberi sedikit garam. Bubur putih ini dimaksudkan sebagai penghormatan dan harapan seseorang yang ditujukan kepada orang tua atau leluhurnya agar senantiasa diberi doa restu dan mendapatkan keselamatan. Oleh nenek moyang orang Jawa, bubur putih dimaksudkan sebagai bibit dari ayah atau sperma atau darah putih. Pada ritual sesaji, ubo rampe jenang putih ini selalu disertai dengan jenang abang karena masing-masing memiliki makna tersendiri dan menjadi semacam pangan yang tidak bisa dipisahkan.
Jenang Abang adalah bubur yang berwarna merah. Bubur merah merupakan ubo rampe yang terbuat dari beras dengan dibumbui sedikit garam dan dicampur dengan gula Jawa sehingga berwarna merah. Jenang Abang dimaksudkan sebagai penghormatan dan permohonan kepada orang tua agar diberi doa dan restu sehingga selalu mendapatkan keselamatan. Jenang abang dimaksudkan pula sebagai lambang bibit dari ibu atau darah merah.
Jenang abang dan jenang putih ini dimaksudkan sebagai lambang kehidupan manusia yang tercipta dari air kehidupan orang tuanya. Dalam hal ini bersatunya sperma atau dilambangkan sebagai darah putih. Jenang abang dan jenang putih diartikan sebagai simbol terjadinya anak karena bersatunya darah dari ayah dan ibu. Maka dari itu maksud dari sajen jenang abang dan jenang putih adalah sebagai bentuk setiap orang untuk menghormati orang tuanya.

Mengambil materi dari :

https://id.wikipedia.org/wiki/Sajen_jenang-jenangan

JENANG SUMSUM DALAM TRADISI MROCOTI

Tugas ini dibuat semata-mata untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Jurnalistik yang diampu oleh Dosen Ari Ambarwati, M.Pd.


Desa Munyung Kelurahan Kwarasan Grogol Sukoharjo sebuah lokasi yang bisa dikatakan masuk wilayah Solo Baru. Desa ini tidak sedikit orang yang melaksanakan tradisi Mrocoti seperti di kebanyakan daerah yang masih kental dalam melaksanakan tradisi Jawa. Ibu Marni contohnya. Ia melakukan tradisi ini karena menghormati nilai-nilai yang diberikan oleh leluhurnya untuk tetap melestarikan tradisi ini
Tradisi Mrocoti
Seperti yang sudah penulis sampaikan di atas, masyarakat Jawa selalu dipenuhi oleh upcara-upacara sepanjang hidupnya. Mulai dari dalam kandungan sampai orang tersebut meninggal dunia. Upacara ini ditemukan dalam masyarakat Jawa, salah satunya yaitu terkait kelahiran bayi. Siklus kehidupan ini sangat dihormati dan ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri. Ketika keluarga dikaruniai jabang bayi, berbagai tradisipun akan diselenggarakan sebagai wujud rasa syukur. Upacara Mrocoti dilakukan oleh calon ibu yang sudah mencapai umur kurang lebih 9 bulan. Mrocoti dari kata procot, dalam bahasa Jawa artinya keluarnya segala sesuatu dari lubang dengan cepat. Sang calon ibu berharap bahwa bayi yang dalam kandungannya cepat keluar dalam keadaan sehat wal afiat. Tujuan dari upacara procotan ini  meng­harap agar bayi yang akan lahir nantinya dapat keluar dengan mudah dan selamat, tanpa gangguan apapun. Untuk itulah, harapan-harapan tersebut tersimpan dalam tradisi mrocoti.
Sajian dalam tradisi mrocoti ini berupa jenang sum-sum. Jenang sum-sum terbuat dari tepung beras yang dimasak seperti bubur. Cara penyajiannya adalah dengan meletakkan dalam wadah dan diberi pisang utuh yang sudah dikuliti diatasnya kemudian dilumuri dengan jenang. Sehingga tampak pisang utuh tersebut tidak bisa dilihat karena tertutup dengan jenang. Sajian tersebut diletakkan dalam piring dan dibagi-bagikan kepada tetangga. Tradisi ini hampir mirip seperti bancakan. 
Di Jawa, filosofi jenang sum-sum sebagai obat penghilang rasa. Seperti yang disampaikan oleh Jumaidi, bubur sum-sum diartikan sebagai obat penghilang rasa lelah. Dalam tradisi masyarakat Jawa, jenang sum-sum adalah tombo kesel (obat capek). Setelah berbulan-bulan ibu mengandung anak dalam kandungannya, hal itu pasti membuat penat dan rasa lelah. Para orang tua paham betul akan hal itu, dengan dilakukannya tradisi mrocoti ini setidaknya mengurangi rasa sakit selama kehamilan. Makanan mempunyai fungsi simbolik yaitu dalam artian terdapat arti sosial, budaya, agama dan lain-lain.Dalam hal ini, tradisi mrocoti yang membagi-bagikan jenang sum-sum kepada tetangga mempunyai peran bahwa makanan dapat diartikan sebagai ungkapan ikatan sosial. Makanan bisa diartikan sebagai sarana solidaritas kelompok. Simbolisme inilah yang dibawa oleh jenang sum-sum dalam kaitannya dengan tradisi mrocoti. 

Mengambil materi dari :

http:// http://nabilachafa.blogspot.co.id/2015/05/jenang-sumsum-dalam-tradisi-mrocoti.html

Filosofi Jenang

Tugas ini dibuat semata-mata untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Jurnalistik yang diampu oleh Dosen Ari Ambarwati, M.Pd



Jenang merupakan masakan kuliner khas tradisional masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah terutama Kota Solo dan Yogya. Keberadaan jenang pada tradisi masyarakat Jawa, sudah hidup mengakar turun temurun dari nenek kakek moyang sejak zaman Hindu dan era Walisongo sampai masa kini. Namun perlu di pahami bahwa pengertian jenang bagi orang Jawa Tengah, Solo dan Yogya berarti bubur, sedangkan bagi orang Semarang dan lain-lain adalah dodol.
Jenang dibuat dari tepung beras atau tepung ketan, dimasak dengan santan ditambahkan gula merah atau gula putih. Kehadiran jenang tidak hanya sekedar berfungsi sebagai makanan pelengkap, melainkan juga simbol doa, harapan, persatuan dan semangat masyarakat Jawa itu sendiri. Artinya jenang adalah lambang ritual masyarakat Jawa dan simbol ungkapan rasa syukur kepada Gusti Allah atas karunia hasil bumi ciptaanNya yang telah menghidupi manusia dari proses kelahiran sampai kematian.
Secara sosiologis jenang merupakan jenis kuliner yang lahir dari kreativitas masyarakat dan eksistensinya bebas dari atribut status sosial dan etnis. Atau dengan kata lain jenang bersifat demokratis, egaliter, spiritual dan relegius. Sifat yang melekat secara implisit itulah yang bisa membuat jenang punya nilai edukatif pada masyarakat. Suatu nilai edukatif dalam membangun kebersamaan masyarakat Solo untuk saling berbagi dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat Jawa khususnya di wilayah Surakarta dan sekitarnya, melakukan semua ritual selamatan tidak pernah lepas dari kehadiran jenang. Tradisi simbolisasi itu diperlihatkan dalam berbagai acara kegiatan, mulai dari pembangunan rumah, kelahiran anak, slametan, dan ritual-ritual kejawen lainnya.
Namun kebanyakan masyarakat saat ini menganggap jenang sebatas makanan ringan tradisional Jawa. Banyak yang belum mengetahui filosofi dibalik simbolisasi Jenang dalam tradisi acara selamatan masyarakat Jawa. Masyarakat awam hanya tau jika ada ritual harus ada jenang, tanpa mengetahui makna dibaliknya. Padahal semua macam jenis jenang yang disajikan dalam acara selamatan itu mengandung makna bagi masyarakat Jawa, khususnya orang Solo dan sekitarnya dengan segala ritual tradisinya.
Adapun makna filosofi itu sebagai berikut :
Jenang Procotan :  makna kehadirannya untuk mendoakan supaya ibu yang hamil diberikan kelancaran dalam melahirkan.
Jenang Sepasaran : makna kehadirannya ketika memberi nama kepada bayi setelah lahir.
Jenang Sungsum : makna kehadirannya bagi yang punya hajat pernikahan, supaya pengantin dan seluruh panitia yang terlibat diberi kesehatan, berkah dan kekuatan.
Jenang Abrit Petak : mempunyai makna warna merah dan putih merepresentasikan penciptaan / asal-usul manusia laki-laki dan perempuan, jenang maknanya selalu melihat sesuatu dengan dimensi yang luas, namun tetap fokus dengan apa yang menjadi tujuan.
Jenang Saloko : maknanya kesucian itu milik Allah. Manusia harus selalu mewaspadai nafsu 'aku' pada dirinya berani mengoreksinya dirinya, sebagai jalan untuk bisa mengenal Allah, jenang manggul maknanya kita harus menjunjung tinggi kebaikan leluhur yang telah mewariskan segala bentuk pengetahuan pada siri kita, jenang suran maknanya waktu itu terbatas dan selalu menjalani siklusnya. Kita seharusnya ingat masa lalu dan memperbaiki masa depan.
Jenang Timbul : mempunyai makna harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Manusia harus ingat Allah dan selalu berdoa untuk mewujudkan harapannya menjadi kenyataan.
Jenang Grendul : maknanya kehidupan itu seperti cakra penggilingan seperti roda yang berputar kadang di atas dan di bawah / naik-turun. Kita perlu menemukan kestabilan dari perbedaan yang terjadi dalam kehidupan.
Jenang Sumsum : maknanya pada diri manusia melekat sifat kelemahan dan kekuatan. Kekuatan pada diri manusia sebaiknya digunakan untuk nilai-nilai kebaikan.
Jenang Lahan : maknanya lepas dan hilang semua nafsu negatif, iri, dengki, sombong dan sebagainya dihadapan Allah.
Jenang Pati : maknanya melebur nafsu dan pasrah kepada Allah.
Jenang Kolep : maknanya manusia sebagai mahkluk sosial selalu dihadapkan pada perbedaan. Menghormati dan menghargai perbedaan dalam masyarakat yang plural dan multikultur menjadi nilai yang penting dalam kehidupan sehari-hari.
Jenang Ngangrang : maknanya manusia seharusnya belajar mengontrol emosi kemarahannya, agar kekuatan pada dirinya bisa bermanfaat untuk sesama.
Jenang Taming : maknanya belajar menjaga kekuatan pada diri kita dengan berdoa kepada Allah dan mengenali serta memahami kelemahan diri sendiri.14. Jenang Lemu Mawi Sambel Goreng : maknanya tak lemah membangun semangat baru dalam kehidupan.
Jenang Koloh : maknanya kesempurnaan adalah tujuan hakiki kehidupan manusia, yang sering dilalaikan dalam kesibukan sehari-hari. Kita perlu terus berproses menuju kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
Jenang Katul : maknanya kita hidup tak bisa berdiri sendiri, selalu membutuhkan orang lain.
Jenang Warni Empat : maknanya simbul nafsu yang melekat pada diri manusia. Warna merah simbol amarah. Putih menyimbolkan Muthamainah, kuning artinya aluamah dan hijau maknanya sufiyah (nafsu yang selalu ingin memiliki duniawi. Kita dituntut mengendalikan keempat jenis nafsu yang melekat pada diri kita.
Jenang Sengkolo : terdiri dari jenang abang (merah) dan putih yang merupakan simbol dari keberadaan manusia di dunia. Jenang abang (merah) melambangkan lelaki, dan jenang putih melambangkan perempuan. Adanya Jenang Sengkolo disetiap ritual, agar manusia selalu ingat jikalau dunia terisi oleh dua esensi, feminin dan maskulin.

Mengambil materi dari :
http://gastroina.blogspot.co.id/2015/05/filosofi-jenang.html


Misteri Bangunan Wisma Tumapel

Tugas ini dibuat semata-mata untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Jurnalistik yang diampu oleh Dosen Ari Ambarwati, M.Pd

Malang.merdeka.com - Sebagai sebuah kota yang sempat mengalami masa-masa pendudukan Belanda, kota Malang memiliki cukup banyak bangunan yang punya arsitektur lawas dan nilai sejarah. Beberapa bangunan tersebut mengalami nasib yang cukup baik dan terjaga keindahannya seperti gedung balai kota Malang, namun beberapa juga memiliki kondisi yang tidak terawat sehingga akhirnya dianggap angker seperti nasib yang dialami wisma Tumapel ini. Bangunan wisma Tumapel ini berdiri sejak tahun 1928 dan pada masa itu memiliki nama sebagai Hotel Splendit. Pada masa itu, hotel ini tergolong cukup mewah karena terletak dekat dengan balaikota Malang sehingga didatangi banyak tamu pemerintahan serta bangunan yang menghadap ke bantaran sungai Brantas yang sangat indah pada masa itu.
Secara arsitektur sendiri, bangunan ini juga sangat indah dan memiliki gaya yang khas. Pada masa pendudukan Jepang di tahun 1944, hotel ini berubah fungsi sebagai kantor pemerintahan. Fungsi bangunan ini kembali berubah ketika pada tahun 1954 digunakan sebagai wisma dosen dan kampus FKIP Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. Dari wisma ini lah munculnya cikal bakal IKIP Malang atau yang sekarang dikenal sebagai Universitas Negeri Malang (UM). Pada tahun 1968, karena kondisi wisma Tumapel yang kurang luas untuk sebuah kampus, maka bangunan ini difungsikan sebagai wisma milik IKIP Malang. Sebenarnya sudah terdapat sedikit perubahan bentuk dari bangunan ini karena kejadian Malang bumi hangus yang dulu terjadi pada tahun 1947. Pada saat itu berbagai bangunan yang dianggap tidak dimiliki oleh masyarakat pribumi dibakar dan tidak terkecuali bekas hotel Splendit tersebut. Namun beruntung bangunan tersebut tidak hangus seluruhnya dan dibangun ulang dengan bentuk yang tidak jauh berbeda dari awal.

 Bangunan ini mulai dikosongkan pada tahun 2009 karena ada rencana dari pihak UM untuk menjadikannya sebagai hotel. Sebelumnya tempat tersebut ditempati oleh beberapa karyawan yang mengabdi pada kampus UM. Namun ternyata rencana untuk menjadikan tempat tersebut sebagai hotel terhenti karena perubahan undang-undang yang terjadi. Kondisi dari wisma tersebut yang tidak ditinggali serta usia bangunan yang sudah cukup tua menyebabkan munculnya berbagai spekulasi mengenai kondisi gedung tersebut yang angker. Namun hal tersebut justru menjadi faktor penarik bagi banyak orang untuk mendatangi wisma tersebut. Selain itu, pada saat ini lokasi tersebut juga sangat sering digunakan sebagai tempat pemotretan. Interior serta arsitektur gedung yang sudah cukup tua menimbulkan efek dramatis serta menjadi faktor yang menarik banyak anak muda mendatangi tempat tersebut.  Di dalam bangunan sendiri terdapat beberapa aturan yang harus ditaati seperti larangan untuk membuka pintu-pintu yang tertutup, larangan berteriak serta jam tutup pada pukul 17.00. Seluruh aturan yang ada itu turut memunculkan berbagai spekulasi mengenai misteri bangunan tersebut. Walau ada berbagai kisah misteri serta berbagai spekulasi mengenai keangkeran bangunan tersebut namun wisma ini tetap merupakan salah satu bangunan penting di Malang karena sejarahnya dan bentuk bangunan yang dimilikinya.

Mengambil materi dari :

http://malang.merdeka.com/pariwisata/wisma-tumapel-kisah-hotel-indah-yang-kini-dianggap-angker-160415z.html