Lurys.com: JENANG SUMSUM DALAM TRADISI MROCOTI

Laman

Rabu, 22 Juni 2016

JENANG SUMSUM DALAM TRADISI MROCOTI

Tugas ini dibuat semata-mata untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Jurnalistik yang diampu oleh Dosen Ari Ambarwati, M.Pd.


Desa Munyung Kelurahan Kwarasan Grogol Sukoharjo sebuah lokasi yang bisa dikatakan masuk wilayah Solo Baru. Desa ini tidak sedikit orang yang melaksanakan tradisi Mrocoti seperti di kebanyakan daerah yang masih kental dalam melaksanakan tradisi Jawa. Ibu Marni contohnya. Ia melakukan tradisi ini karena menghormati nilai-nilai yang diberikan oleh leluhurnya untuk tetap melestarikan tradisi ini
Tradisi Mrocoti
Seperti yang sudah penulis sampaikan di atas, masyarakat Jawa selalu dipenuhi oleh upcara-upacara sepanjang hidupnya. Mulai dari dalam kandungan sampai orang tersebut meninggal dunia. Upacara ini ditemukan dalam masyarakat Jawa, salah satunya yaitu terkait kelahiran bayi. Siklus kehidupan ini sangat dihormati dan ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri. Ketika keluarga dikaruniai jabang bayi, berbagai tradisipun akan diselenggarakan sebagai wujud rasa syukur. Upacara Mrocoti dilakukan oleh calon ibu yang sudah mencapai umur kurang lebih 9 bulan. Mrocoti dari kata procot, dalam bahasa Jawa artinya keluarnya segala sesuatu dari lubang dengan cepat. Sang calon ibu berharap bahwa bayi yang dalam kandungannya cepat keluar dalam keadaan sehat wal afiat. Tujuan dari upacara procotan ini  meng­harap agar bayi yang akan lahir nantinya dapat keluar dengan mudah dan selamat, tanpa gangguan apapun. Untuk itulah, harapan-harapan tersebut tersimpan dalam tradisi mrocoti.
Sajian dalam tradisi mrocoti ini berupa jenang sum-sum. Jenang sum-sum terbuat dari tepung beras yang dimasak seperti bubur. Cara penyajiannya adalah dengan meletakkan dalam wadah dan diberi pisang utuh yang sudah dikuliti diatasnya kemudian dilumuri dengan jenang. Sehingga tampak pisang utuh tersebut tidak bisa dilihat karena tertutup dengan jenang. Sajian tersebut diletakkan dalam piring dan dibagi-bagikan kepada tetangga. Tradisi ini hampir mirip seperti bancakan. 
Di Jawa, filosofi jenang sum-sum sebagai obat penghilang rasa. Seperti yang disampaikan oleh Jumaidi, bubur sum-sum diartikan sebagai obat penghilang rasa lelah. Dalam tradisi masyarakat Jawa, jenang sum-sum adalah tombo kesel (obat capek). Setelah berbulan-bulan ibu mengandung anak dalam kandungannya, hal itu pasti membuat penat dan rasa lelah. Para orang tua paham betul akan hal itu, dengan dilakukannya tradisi mrocoti ini setidaknya mengurangi rasa sakit selama kehamilan. Makanan mempunyai fungsi simbolik yaitu dalam artian terdapat arti sosial, budaya, agama dan lain-lain.Dalam hal ini, tradisi mrocoti yang membagi-bagikan jenang sum-sum kepada tetangga mempunyai peran bahwa makanan dapat diartikan sebagai ungkapan ikatan sosial. Makanan bisa diartikan sebagai sarana solidaritas kelompok. Simbolisme inilah yang dibawa oleh jenang sum-sum dalam kaitannya dengan tradisi mrocoti. 

Mengambil materi dari :

http:// http://nabilachafa.blogspot.co.id/2015/05/jenang-sumsum-dalam-tradisi-mrocoti.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar